“……..Tempatkan anak buahmu di setiap semak
belukar. Ini adalah perang gerilya semesta. Sekali pun kita harus kembali pada
cara amputasi tanpa obat bius dan mempergunakan daun pisang sebagai perban,
namun jangan biarkan dunia berkata bahwa kemerdekaan kita dihadiahkan dari
dalam tas seorang diplomat. Perlihatkan kepada dunia bahwa kita membeli
kemerdekaan itu dengan mahal, dengan darah, keringat dan tekad yang tak kunjung
padam. Dan jangan ke luar dari lurah dan bukit hingga Presidenmu
memerintahkannya. Ingatlah, sekali pun para pemimpin tertangkap, orang yang di
bawahnya harus menggantikannya, baik ia militer maupun sipil. Dan Indonesia
tidak akan menyerah!”
Itulah dialog antara Presiden Soekarno dengan Soedirman yang
terekam saat detik-detik agresi militer Belanda tanggal 19 Desember 1948,
Sukarno menuturkan kepada Cindy Adams dalam biografinya.
Perlu diketahui bahwa pada saat memimpin perang gerilya
paru-paru sang Jenderal hanya berfungsi sebelah atau hanya satu paru-paru yang
bisa dijadikan tumpuan dalam setiap tarikan nafas sang Jenderal. Dan sebenarnya
Presiden Sukarno pada waktu itu menyarankan agar Soedirman menjalani perawatan
saja karena penyakit Jenderal Soedirman pada waktu itu tergolong parah.
“Yang sakit itu Soedirman… panglima besar tidak pernah
sakit….” Itu jawaban Panglima
Soedirman.
Tidak terbayangkan begitu besarnya semangat perjuangan
Panglima Soedirman dalam melawan musuh dan penyakit yang dideritanya.
Sebelumnya dalam Agresi Belanda I berlangsung pertempuran yang sengit antara
pejuang Indonesia yang tergabung dalam pasukan TKR melawan pasukan Inggris dan
Pasukan NICA (tentara Belanda) sejak bulan November hingga Desember 1954.
Sebelumnya pasukan NICA membonceng pada pasukan Sekutu untuk melucuti tentara
Jepang di Indonesia. Pada tanggal 12 Desember 1945 Soedirman melancarkan
serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa yang dikenal
sebagai perang Palagan Ambarawa .
Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan
mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Atas kemenangan tersebut tanggal 18
Desember 1945 Soedirman dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno karena
prestasinya bukan melalui sistem Akademi Militer.
Walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah
Serangan Umum 1 Maret 1949. Namun Yogyakarta kembali dikuasai oleh Belanda pada
Agresi Militer II. Saat itu Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa
anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting
tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali
melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan
satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan
dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Ia memimpin pasukan
gerilya dengan rute dari Yogyakarta, Surakarta, Madiun hingga Kediri. Mengenai
penyakitnya ini, ia pernah berkata, “Kalau saja zaman damai, saya menurut saja
perintah dokter. Tapi, kalau dalam masa perang seperti sekarang ini, harap
dimaafkan saya menyalahi nasihat dokter. Sebab, saya harus mengikuti siasat
perang."
sumber: dari berbagai sumber
<===== Lihat sepatu PDH Lihat sepatu PDL =====>
sumber: dari berbagai sumber
<===== Lihat sepatu PDH Lihat sepatu PDL =====>